Sejak masih SMP, saya sudah belajar memilin kulit pastel, dikarenakan nenek saya dari pihak ayah, hampir setiap hari berjualan pastel ini. Jadi resep kulit pastel yang saya buat tentu saja resep warisan nenek.
Bahan untuk kulit sebenarnya sederhana saja. Sedikit minyak goreng yang dicampur dengan air secukupnya, ditambahi sejumput garam kemudian masukkan terigu, uleni sampai kalis atau tidak lengket ditangan. Maaf karena saya tidak punya takarannya. Setiap kali membuat kulit pastel, langsung saja mencampur - campur bahannya. Semua pakai takaran 'kira-kira'. Kalau isian pastel banyak, maka kulitnya pun dibuat agak banyak. Tinggal menambah atau mengurangi takaran air. Kalo terlanjur menumpahkan air agak banyak, yaaa terigunya ditambahin.
Untuk kulit pastel ekonomis, saya gak pakai telur. Tapi kalo untuk yg non ekonomis, saya menambahkan 1 butir telur ayam. Takaran air disesuaikan. Garam bisa diganti dengan masako ayam / royco ayam.
Untuk isi pastel juga tergantung apa yang disediakan pasar tradisional di Ende. Karena pasar di sini hampir seperti pasar musiman. Kalo lagi musim sawi yaaa pasarnya dipenuhi dengan pedagang yang menjual sawi. Kalo lagi musim tomat, harga tomat pun menurun drastis.
Untuk isian pastel, tergantung dari harga. Untuk isian sayur tentu saja harganya lebih murah. Sedangkan yang ada tambahan daging, tentunya lebih mahal. Rata - rata harga berkisar dari Rp. 2.000 sampai dengan Rp. 5.000.
Di Maumere, adik sepupu saya juga berjualan pastel ini. Resep sama seperti punya saya karena kami sama - sama belajar dan mendapat ilmu dari nenek yang sama. Hehehe.
Sekarang nenek sudah tiada, terkadang ada sedikit penyesalan karena dulu gak punya niat belajar membuat bakcang. Untunglah sekarang ada teman - teman dari grup yang bersedia membantu, membagi resepnya.
Pastel yang saya buat punya sambal sendiri. Sambalnya cair, terbuat dari banyak bawang putih, cabe, saus tomat, gula, garam dan cuka masak. Jadi rasanya ada pedas, manis, asam, asin.
Mengerjakan pastel dalam jumlah banyak, seorang diri gak ada yang bantu benar - benar suatu tantangan. Dari menyiapkan bahan isiannya sampai menggiling kulit pastel dan mencetak satu - satu. Dilanjutkan memberi isian dan memelintir pinggirannya. Terkadang kalo dipikir - pikir, harga jual dan capeknya gak seimbang. Hehehe.
Ini foto pastel bikinan saya, yang sudah tersusun rapi, siap digoreng dan hasilnya setelah digoreng. hmmm yummy...
Anak - anakku suka banget. Ini juga bisa menjadi salah satu cara menyiasati anak - anak yang tidak suka makan sayuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar